Fenomena dr Lois Owien Ditengah Upaya Pemerintah Melawan Covid-19

Doter Lois Owien-(Foto-Ist)

Dari cara bicaranya, nampak dr Lois terlihat sangat cerdas dan memiliki wawasan  luas khususnya dalam dunia medis. Tutur katanya teratur, runut dan bermakna dalam. Dalam meyampaikan pendapatnya dr Lois selalu bersikap tenang. Saya pun kagum menyaksikan ketenanganya. 

Oleh Sugiyanto
AKtivis Jakarta

 

Nekad! Itu lah kata yang sepertinya cocok disandangkan kepada dr Lois Owien. Ia lantang mengatakan tak percaya virus corana ada. Tak hanya itu, dr Lois juga berani menegaskan penyebab ribuan pasien Covid-19  yang meninggal bukan oleh viruscorona, tetapi disebabkan karena interaksi antar obat.

Banyak lagi ucapan controversial yang dilontarkan dr Lois tentang coronavirus-19. Padahal pandemik Covid-19 telah membuat seluruh dunia termasuk Indonesia babak belur. 

Saya sungguh tersentak dan terheran-heran saat menonton beberapa vidio viral wawancara dr Lois pada acara Hotman Paris show, podcast Babe Aldo, dan podcast Prassalli. 

Pada beberapa hari lalu, vidio viral itu tersebar di media social. Spontan Saya berpikir, pasti akan ada yang melaporkan dr Lois ke polisi. Dokter Lois akan mengalami nasib sama seperti musisi Jerinx 'SID' yang ditetapkan polisi sebagai tersangka. Jerinx dihukuman 1.2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Denpasar dalam kasus ujaran kebencian yang menyebut IDI sebagai kacung dari WHO.

Prediksi Saya tentang dr Lois tepat. Pada Senin (12/7) Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan mengumumkan dr Louis Owien  telah ditangkap oleh apaparat kepolisian Polda Metro Jaya, yakni pada Minggu sore (11/7). Kasus ini lalu dilimpahkan kepada Mabes Polri.

Berdasarkan pemberitaan media, diketahui Kabareskrim Komjen Agus Andrianto menyatakan dr Lois Owien sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut. “Dia terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara,” kata Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.

Setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, Mabes Polri melalui penjelasan Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjen Slamet Uliandi, akhirnya memutuskan tidak melakukan penahanan terhadap dr Lois Owien. Meski tidak ditahan namun kasusnya tetap dilanjutkan.

Dasar pertimbangannya, penyidik berkesimpulan dr Lois tidak akan mengulangi perbuatannya, dan tidak akan menghilangkan barang bukti. Sebab seluruh barang bukti sudah dikantongi oleh polisi. Selain itu, dr Lois tidak akan melarikan diri. 

“Keputusan ini juga sesuai dengan konsep menuju Polri, Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi (Presisi) yang berkeadilan," kata Brigjen Slamet.
Dokter Lois Owien memang fenomenal. Dia nekad dan berani melawan arus mainstream nasional bahkan dunia. Dimana banyak orang yakin pandemi Covid-19 sangat berbahaya dan dapat mematikan, namun dia memiliki pandangan  yang berbeda.

Dari cara bicaranya, nampak dr Lois terlihat sangat cerdas dan memiliki wawasan  luas khususnya dalam dunia medis. Tutur katanya teratur, runut dan bermakna dalam. Dalam meyampaikan pendapatnya dr Lois selalu bersikap tenang. Saya pun kagum menyaksikan ketenanganya. 

Diantara sekian banyak pernyataan dr Lois yang kontroversial, ada satu yang menarik perhatian. yakni tentang interaksi antar obat. Ketika dicecar pertanyaan oleh Hotman Paris tentang banyaknya pasien Covid-19 yang dikubur dengan cara  prosedur prokes Covid-19 itu meninggal karena virus corona atau tidak, dr Lois  menjawab mereka meninggal karena interaksi antar obat.

Menurut Artikel berjudul ‘Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya’ yang ditulis oleh Retno Gitawati pada Media Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008, diketahui interaksi obat terjadi jika efek suatu obat berubah akibat adanya obat lain, makanan, atau minuman. 

Interaksi Obat dapat menghasilkan efek yang dikehendaki atau yang tidak dikehendaki yang lazimnya menyebabkan efek samping obat karena meningkatnya kadar obat didalam plasma atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang meyebabkan hasil trapi menjadi tidak optimal. 

Sejumlah besar obat baru yang dilepas dipasaran tiap tahunnya menyebabkan munculnya interaksi baru antar obat akan sering terjadi.  
Beberapa laporan studi melaporkan proporsi interaksi obat dengan obat lain berkisar atara 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien rawat inap dan 9,2% sampai 70,3% terjadi pada pasien rawat jalan. 

Meskipun bagi Saya jawaban dr Lois tentang interaksi antar obat sangat kontroversial, tetapi mempunyai makna yang dalam. Sebaiknya hal ini bisa menjadi perhatian bayak pihak khususnya untuk bisa membuktikan kebenarannya. Hal ini penting dalam upaya pemerintah mencari solusi atas persoalan pandemik Covid-19.


The End.